Senin, 26 Mei 2008

Bibit Raja

Dahulu kala, ada seorang raja di daerah Timur yang sudah tua. Ia menyadari bahwa sudah dekat saatnya ia mencari pewaris kerajaannya. Ia tidak mewariskan kerajaannya itu kepada salah satu dari bawahannya ataupun anaknya, tetapi ia memutuskan untuk melakukan sesuatu hal yang berbeda.
Ia memanggil seluruh anak muda di seluruh kerajaannya. Ia berkata, "Sudah saatnya bagiku untuk mengundurkan diri dan memilih raja yang baru. Aku memutuskan untuk memilih salah satu di antara kalian."

Anak-anak muda itu terkejut! Tetapi raja melanjutkan,"Aku akan memberikan kalian masing-masing satu bibit hari ini. Satu bibit saja. Bibit ini sangat istimewa. Aku ingin kalian pulang, menanamnya, merawatnya dan kembali ke sini lagi tepat 1 tahun dari hari ini dengan membawa hasil dari bibit yang kuberikan hari ini. Kemudian aku akan menilai hasil yang kalian bawa, dan seseorang yang aku pilih akan menjadi raja negeri ini!"

Ada seorang anak muda yang bernama Ling yang berada di sana pada hari itu dan ia, seperti yang lainnya, menerima bibit itu. Ia pulang ke rumah dan dengan antusias memberitahu ibunya tentang apa yang terjadi. Ibunya membantu Ling menyediakan pot dan tanah untuk bercocok tanam, dan Ling menanam bibit itu kemudian menyiraminya dengan hati-hati.
Setiap hari ia selalu menyirami, merawat bibit itu, dan mengamati apakah bibit itu tumbuh. Setelah beberapa minggu, beberapa dari anak muda itu mulai membicarakan mengenai bibit mereka dan tanaman yang telah mulai tumbuh. Ling pulang ke rumah dan memeriksa bibitnya, tetapi tidak ada hasilnya.
Tiga minggu, 4, 5 minggu berlalu. Tetap tidak ada hasilnya. Sekarang ini, para anak muda memperbincangkan tentang tanaman mereka, tetapi bibit Ling tetap belum tumbuh, dan ia mulai merasa seperti pecundang. Enam bulan berlalu, tetap belum tumbuh juga. Ia berpikir bahwa ia telah membunuh bibit itu. Setiap orang memiliki pohon dan tanaman yang tinggi, tetapi ia tidak memiliki apa-apa. Ling tidak berkata apa-apa kepada temannya. Ia tetap menunggu bibitnya tumbuh.

Satu tahun berlalu sudah dan semua anak muda di seluruh kerajaan membawa tanaman mereka kepada raja untuk dinilai. Ling putus asa dan tidak ingin pergi dengan membawa pot yang kosong. Tetapi ibunya memberinya semangat untuk pergi dan membawa potnya. Ling harus jujur mengenai apa yang terjadi dengan bibit itu,saran ibunya. Ling sadar bahwa saran ibunya benar. Dan ia pergi ke istana dengan membawa pot yang kosong. Ketika Ling tiba, ia kagum melihat berbagai macam tanaman yang dibawa oleh teman-temannya yang lain. Semuanya indah, dalam ukuran dan bentuk. Ling meletakkan pot yang kosong itu ke lantai dan banyak orang menertawainya. Beberapa merasa kasihan kepadanya.

Ketika raja datang, ia mengamati ruangan itu dan menyalami rakyatnya. Ling berusaha untuk bersembunyi di bagian belakang. "Wah, betapa indahnya tanaman, pohon, bunga yang kalian bawa," kata raja. "Hari ini, salah seorang dari kalian akan ditunjuk menjadi raja selanjutnya!" Seketika, sang raja melihat Ling di belakang ruangan dengan potnya yang kosong. Ia memerintahkan pengawalnya untuk membawa Ling ke depan.
Ling sangat ketakutan. "Sang raja tahu aku seorang pecundang! Mungkin ia akan memerintahkan aku untuk dihukum!" Ketika Ling tiba di depan, sang raja menanyakan namanya. "Namaku Ling," jawab Ling. Semua orang menertawakannya.

Sang raja menenangkan situasi itu. Ia melihat Ling, dan kemudian mengumumkan ke seluruh kerajaan, "Lihatlah, ini raja kalian yang baru! Namanya adalah Ling!" Ling tidak mempercayai apa yang barusan dikatakan raja. Ia bahkan tidak bisa membuat bibit itu tumbuh, mengapa ia bisa menjadi raja yang baru?
Kemudian sang raja berkata, "Satu tahun lalu, aku memberikan setiap orang sebuah bibit. Dan kukatakan kepada kalian untuk mengambilnya, menanamnya, dan merawatnya, kemudian membawanya kembali kepadaku hari ini. Tetapi aku memberikan kalian bibit yang sudah direbus sehingga tidak akan bisa tumbuh. Kalian semuanya, kecuali Ling, membawakanku pohon, tanaman, bunga. Ketika kalian menyadari bahwa bibit itu tidak bisa tumbuh, kalian menukarkan dengan bibit lain. Hanya Ling yang memiliki keberanian dan kejujuran untuk membawakanku sebuah pot kosong dengan bibitku di dalamnya. Maka demikian, ia yang akan menjadi raja yang baru."

Biomassa Sebagai Sumber Energi Terbarukan

Sejumlah pakar berpendapat, penggunaan biomassa sebagai sumber energi terbarukan merupakan jalan keluar dari ketergantungan manusia pada bahan bakar fossil.

Apa yang sebenarnya dimaksud dengan biomassa? Dalam sektor energi, biomassa merujuk pada bahan biologis yang hidup atau baru mati yang dapat digunakan sebagai sumber bahan bakar.

Biomassa dapat digunakan secara langsung maupun tidak langsung. Dalam penggunaan tidak langsung, biomassa diolah menjadi bahan bakar. Contohnya, kelapa sawit yang diolah terlebih dahulu menjadi biodiesel untuk kemudian digunakan sebagai bahan bakar.

Sebelum mengenal bahan bakar fossil, manusia sudah menggunakan biomassa sebagai sumber energi. Misalnya dengan memakai kayu atau kotoran hewan untuk menyalakan api unggun. Sejak manusia beralih pada minyak, gas bumi atau batu bara untuk menghasilkan tenaga, penggunaan biomassa tergeser dari kehidupan manusia. Namun, persediaan bahan bakar fossil sangat terbatas. Para ilmuwan memperkirakan dalam hitungan tahun persediaan minyak dunia akan terkuras habis. Karena itu penggunaan sumber energi alternatif kini digiatkan, termasuk di antaranya penggunaan biomassa.

Gandum, bahan baku pangan atau bahan dasar biomassa?Bildunterschrift: Großansicht des Bildes mit der Bildunterschrift: Gandum, bahan baku pangan atau bahan dasar biomassa?

Biomassa dari Bahan Baku Pangan

Gandum, tebu dan jagung adalah contoh bahan pangan yang juga dapat diolah menjadi energi dari biomassa. Energi tersebut tergolong energi ramah lingkungan yang bahan dasarnya disediakan alam. Namun, penggunaan energi dari biomassa kadang membawa dampak sampingan yang tidak diinginkan. Salah satunya adalah naiknya harga bahan baku pangan.

Penyebabnya macam-macam. Di Jerman misalnya, produksi listrik biomassa mendapat subsidi pemerintah kata ahli biologi Dr. Andre Baumann:

“Ini memicu persaingan antar petani yang menanam gandum untuk pangan dan petani biomassa. Selama ini, produsen gandum untuk biomassa mendapat keuntungan lebih besar daripada petani biasa. Baru belakangan ini, dengan naiknya harga untuk susu dan gandum, petani biasa dapat bersaing dengan petani biomassa. Produsen biogas tak lagi dapat membeli bahan dasar gandum dengan harga murah seperti dalam lima tahun terakhir.“

Di Jerman, 100 kilogram gandum menghasilkan energi biomassa seharga 25 Euro. Tapi bila gandum tersebut dijual sebagai bahan baku pangan, harganya hanya 18 Euro. Kini di sejumlah negara muncul kekuatiran bahwa para petani bahan pangan beralih ke produksi tanaman untuk biomassa. Padahal, produksi bahan pangan saat ini saja belum mencukupi untuk menutup kebutuhan pangan dunia.